Arkeolog Eropa telah menemukan bukti bahwa para petani pada awal
Neolitik memiliki akses berbeda atas lahan subur lebih dari 7.000 tahun
lalu.
Para peneliti mengkaji lebih dari 300 kerangka yang dikumpulkan dari
penggalian hingga Eropa tengah. Mereka menggunakan analisis isotop
strontium untuk menentukan di mana asal orang- orang itu dan menemukan
variabilitas berdasarkan pada alat dan akses lahan.
Orang-orang yang telah dikubur dengan adzes-peralatan dari batu mirip
dengan kapak untuk membentuk kayu-memiliki tanda tangan isotop kurang
bervariasi ketimbang mereka yang dikubur tanpa adze.
"Para pria yang dikuburkan dengan adzes tampaknya telah tinggal pada
area subur dan produktif yang disukai petani di jaman awal," jelas ketua
tim Alex Bentley di Universitas Inggris dari Bristol dalam siaran pers.
"Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki akses tetap atas wilayah
pertanian yang lebih disukai."
Tim juga menemukan bahwa wanitanya lebih mungkin berasal dari wilayah
yang berbeda dari tempat mereka dimakamkan, hal ini menunjukkan
patrilocality-sistem sosial di mana perempuan pindah ke wilayah suami
mereka.
Bukti eksisnya patrilocality pada Zaman Batu Eropa termasuk temuan
genetik dan linguistik. Pola-pola mobilitas berdasarkan jenis kelamin
dan status dapat membantu para ilmuwan untuk secara genetik memperluas
model dari populasi manusia selama era ini.
"Hasil kami, bersama dengan sejumlah studi archaeobotanical yang
menunjukkan petani paling awal di jaman Neolitik Jerman memiliki sistem
kepemilikan lahan, menunjukkan bahwa asal-usul perbedaan akses terhadap
tanah dapat ditelusuri kembali ke bagian awal era Neolitik.
Ketidaksetaraan dan transfer kekayaan antar generasi lebih jelas
dibuktikan dalam material penguburan dan budaya," kata Bentley.
"Tampaknya era Neolitik telah memperkenalkan warisan properti (tanah
dan ternak) ke Eropa dan ketidaksetaraan kekayaan masih berlangsung
hingga saat ini."
"Setelah itu, tentu saja, tidak ada yang melihat ke belakang: seperti
Jaman Perunggu, Besi dan era Industri ketidaksetaraan kekayaan meningkat
namun 'benih' ketidaksetaraan menaburkan jalan kembali ke Jaman
Neolitik."
Temuan ini dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of
Sciences. (EpochTimes/sua)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar